Di tengah pesatnya digitalisasi layanan keuangan, data nasabah menjadi incaran utama serangan siber. Taruhannya bukan cuma angka, tetapi soal kepercayaan yang susah dibangun kembali. Satu insiden kebocoran, bisa menghancurkan reputasi yang telah dibangun bertahun-tahun.
Pertanyannya, sudah seberapa siap bisnis Anda menghadapi ancaman ini? Dalam artikel berikut kita akan membahas kenapa perlindungan data nasabah sangat krusial di sektor perbankan dan multifinance, serta bagaimana solusi seperti IAM dan PAM bisa jadi tameng digital yang Anda butuhkan.
Mengapa Perlindungan Data Nasabah Begitu Penting?
Data nasabah bukan sekadar deretan angka. Di baliknya ada informasi sensitif seperti identitas pribadi, nomor rekening bank, riwayat kredit, hingga catatan transaksi keuangan. Jika informasi ini jatuh ke tangan yang salah, dampaknya bisa fatal, dari kerugian finansial hingga reputasi perusahaan yang hancur.
Yang lebih mengkhawatirkan, kepercayaan nasabah tidak bisa dibeli kembali. Sekali saja terjadi kebocoran, kerugian utamanya bukan cuma materi, tetapi hilangnya kepercayaan yang sangat sulit dipulihkan.
Itu sebabnya, perlindungan data bukan lagi opsi, tetapi keharusan. Indonesia pun sudah mengambil langkah besar lewat UU No. 27 Tahun 2022 tentang Pelindungan Data Pribadi (UU PDP). Undang-undang ini mendorong perusahaan untuk lebih serius menjaga data pengguna, sekaligus meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya perlindungan informasi pribadi.
6 Strategi Keamanan untuk Lindungi Data Nasabah
Menjaga keamanan data bukan hanya tugas penyedia layanan, nasabah pun perlu berperan aktif. Kolaborasi dua arah ini jadi kunci untuk menekan risiko kejahatan siber. Lalu, apa saja langkah yang bisa diterapkan?
1. Enkripsi Data
Enkripsi mengubah informasi sensitif menjadi kode yang hanya bisa dibaca oleh pihak yang berwenang. Contohnya, saat nasabah memasukkan nomor kartu kredit, data tersebut dienkripsi dengan protokol seperti SSL/TLS, sehingga tetap aman meski disadap.
Tanpa kunci enkripsi, data tersebut tidak bisa dibaca oleh peretas, menjadikannya lapisan perlindungan pertama yang penting.
2. Multi-Factor Authentication (MFA)
MFA menambahkan lapisan keamanan ekstra. Selain username dan password, pengguna juga harus melakukan verifikasi tambahan seperti kode OTP atau biometrik berupa sidik jari/wajah. Dengan ini, meskipun password dibobol, akun tetap tidak bisa diakses tanpa verifikasi lanjutan.
3. Teknologi Tokenisasi
Tokenisasi menggantikan data asli, seperti nomor kartu, dengan token acak. Sistem pembayaran modern seperti Apple Pay dan Google Pay menggunakan metode ini agar data sensitif tidak pernah dikirim langsung ke sistem. Jika token bocor, data asli tetap aman.
4. Pelatihan untuk Tim Teknis
Banyak serangan siber terjadi karena human error. Maka, pelatihan rutin bagi tim teknis sangat penting. Topiknya bisa mencakup deteksi ancaman, manajemen akses aman, hingga prosedur pembaruan sistem. Dengan pengetahuan yang tepat, tim internal bisa jadi lini pertahanan utama.
5. Pengujian Sistem Secara Berkala
Keamanan tidak cukup hanya sekali pasang. Pengujian rutin seperti penetration testing, vulnerability assessment, dan security audit diperlukan untuk mendeteksi celah sebelum disalahgunakan. Langkah ini membuat perusahaan lebih tangguh menghadapi ancaman baru.
6. Transparansi kepada Nasabah
Keamanan juga berarti keterbukaan informasi.Nasabah perlu tahu bagaimana data mereka dikelola, apa saja upaya perlindungannya, dan hak mereka atas informasi pribadi. Penyedia layanan bisa menyediakan pusat informasi keamanan yang berisi panduan, update kebijakan, dan tips perlindungan data.
Kepatuhan Regulasi Penting, Tetapi Belum Menjamin Keamanan Menyeluruh
Nah, selain menerapkan enam strategi di atas, sektor perbankan dan multifinance sudah wajib mematuhi berbagai standar regulasi dalam menjamin keamanan data nasabah, antara lain:
- UU PDP
- ISO/IEC 27001
- Audit internal dan eksternal berkala
- Sistem kontrol akses yang ketat
Namun, kepatuhan hanyalah pondasi awal. Dunia digital terus berubah dan metode serangan makin canggih, sehingga diperlukan sistem keamanan yang lebih adaptif, cerdas, dan terintegrasi. Di sinilah peran solusi IAM dan PAM menjadi krusial.
IAM dan PAM: Pilar Perlindungan Data Modern
Identity and Access Management (IAM) dan Privileged Access Management (PAM) adalah dua sistem keamanan yang semakin banyak diadopsi di sektor keuangan.
IAM memastikan hanya pengguna yang sah yang bisa mengakses sistem atau data tertentu. Sementara itu, PAM mengatur dan mengawasi akses dari pengguna dengan hak istimewa, seperti administrator, yang sering jadi target utama serangan siber.
Dengan penerapan IAM dan PAM yang tepat, perusahaan bisa:
- Melacak aktivitas pengguna secara real-time
- Memberi akses berdasarkan prinsip least privilege
- Mencegah penyalahgunaan akun berhak tinggi
- Mempermudah proses audit dan pemenuhan regulasi
Solusi ini tidak hanya mencegah pelanggaran data, tetapi juga meningkatkan efisiensi pengelolaan sistem IT secara keseluruhan.
Baca Juga: Memahami IAM, Fondasi Keamanan dan Efisiensi Bisnis Modern
SMG Hadir sebagai Mitra Keamanan Digital Anda
Sebagai bagian dari CTI Group, Smartnet Magna Global (SMG) menghadirkan solusi IAM dan PAM yang dirancang khusus untuk sektor perbankan dan multifinance.
SMG siap membantu Anda:
- Menganalisis kebutuhan keamanan data secara menyeluruh
- Menerapkan solusi IAM/PAM yang sesuai regulasi dan tujuan bisnis
- Menyediakan pelatihan, dokumentasi, dan dukungan berkelanjutan
Dengan pendekatan holistik dan tim profesional bersertifikasi, SMG juga akan membantu Anda membangun fondasi keamanan yang kokoh, sekaligus menjaga kepercayaan nasabah di era digital yang semakin terhubung.
Hubungi tim SMG sekarang dengan klik tautan ini untuk konsultasi gratis atau jadwalkan demo solusi IAM/PAM yang sesuai kebutuhan bisnis Anda.
Penulis: Wilsa Azmalia Putri – Content Writer CTI Group